من مشكاة النبوة (4) في مهنة أهله (خطبة) (باللغة الإندونيسية)

Lentera Nabawi: "Beliau Membantu Urusan Keluarganya"

Khutbah Pertama

"Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan segala puji di akhirat bagi Allah. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti." (QS. Saba': 1)

Tuhan kami, bagiMu segala pujian sepenuh langit dan bumi, serta sepenuh apapun jua yang Engkau kehendaki setelah itu. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Siapa yang mengikuti beliau dan meneladaninya, maka akan suci hatinya dan indah ucapannya, serta luhur jiwanya. Semoga shalawat dan salam tercurah bagi beliau beserta keluarga dan sahabatnya, juga bagi tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat.

Amma ba'du..

Aku berpesan kepada kalian dan untuk diriku sendiri agar senantiasa bertakwa dan membekali diri dengan amal saleh. Allah berfirman,

"Barang siapa mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan). Dan sungguh Kami-lah yang mencatat untuknya." (QS. al-Anbiya': 94).

Hamba Allah, marilah kita tengok pesona rumah Nabi saw. Rumah yang Allah telah hilangkan darinya segala kotoran dan Dia sucikan dengan sesuci-sucinya. Ini adalah pesona yang tersingkap dari celah yang dibuka oleh ibunda kita, Aisyah radhiyallahu 'anha karena beberapa pertanyaan dari sebagian tabi'in tentang kepribadian Nabi saw, pribadi yang memikul beban umat ini, bagaimanakah kondisi beliau bila sudah masuk rumah dan menutup rapat pintunya.

Imam Bukhari meriwayatkan di dalam Shahihnya dengan sanadnya dari al-Aswad berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah, apakah yang Nabi saw kerjakan di rumahnya?" dia menjawab, "Beliau membantu urusan keluarganya, yaitu melayani keluarganya. Apabila telah datang waktu shalat, beliau keluar untuk shalat."

Di dalam riwayat Ahmad, Aisyah ditanya, "Apakah yang Nabi saw kerjakan di rumahnya?" dia menjawab, "Beliau seperti layaknya orang lain, membersihkan pakaiannya, memerah ternaknya dan melayani dirinya sendiri." (dishahihkan oleh al-Albani).

Di dalam Shahih Ibnu Hibban, "Memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya dan timbanya."

Saudara-saudara yang mulia, mari kita ambil beberapa pelajaran dari riwayat tersebut.

Pertama, "Beliau seperti layaknya orang lain" beliau masuk rumah bukan dalam kapasitas sebagai panglima atau tokoh, akan tetapi sebagai seorang suami, yang hidup dalam naungan rumah tangga bersama istrinya. Beliau menjalani kehidupan berkeluarga dengan sederhana dan penuh tenggang rasa.

Kedua, Aisyah berkata, "Beliau membantu urusan keluarganya" di sini kita mendapat pertanyaan, apakah ibunda kita Aisyah mengeluh banyaknya pekerjaan dan kesulitan yang dia hadapi? Sampai-sampai Nabi saw turun tangan membantunya. Bukankah rumah mereka hanya ukuran kecil, seukuran 10x7 hasta, secara ukuran saat ini kurang lebih sama dengan 5x3,5 meter. Ini sama dengan ukuran kamar yang ada di rumah kita hari ini. Bukankah dia pernah bercerita bahwa beberapa purnama berlalu, sementara tidak ada sesuatu yang bisa dimasak di dapurnya, dua bulan bahkan lebih tidak ada makanan yang dimasak, makanan mereka hanya kurma dan air.

Selain itu, Aisyah juga masih muda, tidak direpoti oleh anak-anak. Apakah ada pekerjaan yang membutuhkan usaha yang berat? Atau pekerjaan yang memerlukan pertolongan? Sungguh ini adalah pertolongan dalam maknanya yang paling tinggi, yaitu menghibur dan menampakkan perhatian dengan bekerja sama menyelesaikan urusan rumah tangga dan merealisasikan makna ketenangan kepada pasangan. Allah berfirman,

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya." (QS. ar-Rum: 21).

Allah tidak mengatakan, "Agar kamu merasa tenteram bersamanya."

Pelajaran ketiga, kita mengintip rumah Nabi saw yang kecil dari celah jendela ini. Rumah yang kecil dan sederhana, tetapi kasih sayang, kelapangan, cinta dan kerja sama di dalamnya teramat besar. Di sana terpancar mata air kebahagiaan, suka cita dan kehidupan yang baik. Di dalam Sirah Nabawiyah, Aisyah berkata, "Beliau adalah orang besar, tetapi hal itu tidak menghalanginya untuk tertawa dan tersenyum ria." Rumah Nabi saw bukanlah dipenuhi dengan sikap kaku dan berlebihan, bukan juga sikap dingin dan masam, tetapi keindahan jiwa dan pesona senyuman.

Pelajaran keempat, bersegeranya suami dalam membantu dan menggembirakan isrtinya akan mendapatkan tempat yang luas di hati istri dan jiwanya. Kehadirannya akan mendatangkan kegembiraan dan kepergiannya akan menyisakan kehilangan dan kesunyian.

Saudara-saudara sekalian..

Siapa yang merasakan dinginnya kehidupan rumah tangga dan kekeringannya, maka baik kiranya baginya untuk mengambil pelajaran dari teladan Nabi saw ini, agar dia bangkit dengan semangat yang lebih segar dalam kehidupannya dengan melakukan sentuhan-sentuhan hangat ini, membantu pekerjaan rumah dan berinteraksi dengan wajah ceria.

Semoga Allah memberikan manfaat bagi kita dengan al-Qur'an dan Sunnah, serta dengan kandungannya berupa ayat-ayat dan hikmah. Mohonlah ampun kepada Allah. Sungguh Dia Maha Pengampun.

Khutbah Kedua

"Segala puji bagi Allah yang berfirman, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. al-Ahzab: 21).

Semoga shalawat dan salam tercurah bagi Nabi Muhammad yang menjadi rahmat yang Allah hadiahkan dan karunia yang Allah anugerahkan, juga kepada keluarga dan segenap sahabatnya.

Amma ba'du..

Betapa menakjubkannya bagi kita keseimbangan dalam hidup Nabi saw. Beliau selalu senyum kepada orang lain. Di rumahnya tertawa dan tersenyum riang. Kepada orang yang ditemuinya seperti angin yang berhembus dengan kebaikan. Di rumahnya, beliau membantu urusan keluarga. Beliau adalah orang terbaik kepada orang lain dan terbaik kepada keluarganya.

Sesungguhnya makna keseimbangan ini seringkali hilang dalam diri orang yang sering basa-basi dalam berinteraksi dengan orang lain, tetapi bersama keluarganya kasar dan kaku. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi saw yang telah membuat temteram manusia dengan akhlaknya yang mulia. Dan yang paling bahagia dengan kemuliaan akhlaknya adalah keluarganya.

Saudara-saudara sekalian..

Pelajaran dari kehidupan Nabi saw ini adalah pelajaran yang terbuka bagi siapa saja yang salah memahami makna qiwamah (kepemimpinan) dalam rumah tangga dengan sikap merasa berkuasa, kaku dan menampakkan kesan digdaya, di mana dia hanya tampak dengan wajah beringas dan hanya terdengar darinya perintah dan peringatan.

Terakhir, Semoga Allah meridhai ibunda kita Aisyah yang dengan hikmah Allah, beliau masih hidup hingga setengah abad dari wafatnya Rasulullah saw, menjadi jendela terbuka menuju rumah Nabi saw. Darinya umat ini dapat melihat petunjuk Nabi saw. Semoga Allah meridhai beliau dan membalas beliau dengan balasan terbaik atas umat Nabi Muhammad saw.