قصة نبوية (2) معجزات وفوائد: تكثير الطعام (خطبة) باللغة الإندونيسية

Kisah Nabi (2) Beberapa Mukjizat dan Pelajaran

الحمد لله العلي العظيم، التواب الرحيم، العليم الحكيم، أوشهدأن لا إله إلا الله الأول والآخر، القادر القاهر، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله، أُكرم بالمقام المحمود والحوض المورود، صلى الله وسلم عليه وعلى آله وأصحابه. أما بعد:

Bisa Memperbanyak Makanan

Segala puji bagi Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung, yang Maha penerima taubat dan maha bijaksana. Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah, Yang Maha Mengawali dan Maha Akhir, yang Maha Kuasa dan Maha Memaksa.

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Allah muliakan beliau dengan posisi yang terpuji dan telaga yang melimpah airnya. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau, keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du.

Aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya takwa adalah pesan Allah kepada orang-orang yang dahulu dan yang akan datang. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

﴿ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴾ [آل عمران: 133].

Artinya:

Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 133).

Wahai hamba Allah yang maha pengasih

Allah subhanahu wata’ala memperkuat para utusan-Nya dengan beberapa mukjizat yang menunjukkan kebenaran mereka, menambah keimanan para pengikut mereka, dan menguatkan argumentasi terhadap orang-orang yang menantang dan yang meragukan mereka. Mukjizat yang dimiliki oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wasallam sangatlah banyak. Sedangkan mukzijat beliu yang teragung yaitu al-Quran al-karim.

Perbincangan kita hari ini adalah tentang mukjizat sensorik (yang dapat dirasakan oleh panca indera) yang dialami oleh para sahabat -semoga Allah meridai mereka- dan diriwayatkan dalam kitab-kitab hadits shahih. Akan kami singgung kisah mukjizat tersebut dan beberapa pelajaran yang dapat kita petik.

Di dalam kitab hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diceritakan satu hadits dari Anas bin Malik -semoga Allah meridainya-. Anas berkata, “Abu Talhah berkata kepada Ummu Sulaim, “Aku mendengar suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terdengar pelan, menunjukkan rasa lapar. Apakah ada makanan di sini?”

Ummu Sulaim menjawab, “Ya, ada.” Lalu dia mengeluarkan beberapa roti gandum dan mengambil selembar kain, lalu membungkus roti dengan sebagian kain tersebut. Setelah itu, dia mengutusku untuk menyampaikan makanan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Aku pergi dan menemukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di masjid bersama orang-orang. Aku berdiri di antara mereka, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, “Abu Talhah mengirimmu?” Aku menjawab, “Ya.”

Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, “Berdirilah dan berangkatlah.”

Kemudian beliau berangkat, begitu pun aku berangkat di hadapan mereka, hingga sampai kepada Abu Talhah dan menyampaikan pesan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Abu Talhah berkata, “Wahai Ummu Sulaim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang telah datang, namun kita tidak memiliki cukup makanan untuk memberi mereka makan.”

Ummu Sulaim menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Maka Abu Talhah pergi hingga bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Abu Talhah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk bersama. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Majulah ke sini, wahai Ummu Sulaim, dan bawalah makanan yang kamu punya.”

Ummu Sulaim membawa roti kering tersebut. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar roti itu diparut. Ummu Sulaim mengunyah sebuah biji kurma hingga lembut. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa dengan apa yang dikehendaki Allah. Setelah itu, beliau bersabda, “Izinkan sepuluh orang.” Maka beliau memberikan izin kepada mereka, dan mereka makan hingga kenyang, kemudian pergi.

Selanjutnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Izinkan sepuluh orang lagi.” Maka beliau memberikan izin kepada mereka, dan mereka makan hingga kenyang, kemudian pergi. Setelah itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Izinkan sepuluh orang lagi.” Maka seluruh orang makan hingga kenyang, dan jumlah mereka sekitar tujuh puluh atau delapan puluh orang.

Sementara redaksi teks hadits dari Imam Muslim:

Lantas Nabi shallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan beliau dan membaca basmalah. Kemudian bersabdam, “Izinkan untuk sepuluh orang.” Maka beliau memberikan izin masuk kepada mereka. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Makanlah dan bacalah basmalah.” Lantas mereka makan, hingga jumlah mereka delapan puluh orang. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anggota keluarga beliau setelah itu makan, dan masih menyisakan.

Wahai para hamba Allah

Ada pula kisah serupa yang dialami oleh sahabat Jabir bin Abdullah -semoga Allah meridai keduanya-. Imam Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ­­­-semoga Allah meridai keduanya.

Jabir berkata, “Ketika parit telah digali, aku melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam memegang sehelai kain kasar. Aku pergi ke istriku dan berkata, “Apakah kamu punya sesuatu? Aku melihat Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan sangat lapar.”

Istriku kemudian mengeluarkan sebuah kantong yang berisi satu sha' (sekitar 3,6 liter) gandum dari gandum kami, dan kami memiliki seekor hewan ternak. Aku menyembelihnya dan menggiling gandum tersebut. Kemudian, aku menuangkan semuanya ke dalam bejana.

Lalu aku memotong kain tersebut menjadi potongan-potongan kecil. Setelah itu, aku pergi ke Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Jangan kalian buka aibku di hadapan Rasulullah dan orang-orang yang bersama beliau.” Dia berkata, “Aku pun mendatanginya dan memintanya makanan dengan lirih.”

Lantas aku berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah menyembelih hewan dan menggiling satu sha' gandum yang kami miliki. Mari ikut bersama beberapa orang.”

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berteriak, “Hai orang-orang di dalam parit, Jabir telah membuat tembok pertahanan untuk kalian. Mari menyambut mereka.”

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan mengeluarkan potongan roti atau memanggang roti kalian sebelum aku datang.”

Kemudian, aku pergi sementara Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam telah memimpin orang-orang, sehingga aku sampai ke istriku.

Istriku berkata, “Allah telah menghendakimu begini dan begini.”

Aku berkata, “Aku telah melakukan seperti yang kamu katakan.”

Aku memberikan roti itu kami kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau meludahi dan memberkati roti itu. Kemudian, beliau mengarahkan pandangan ke bejana kami dan meludahi serta memberkati bejana tersebut.

Beliau berkata, “Panggil seorang pencetak roti dan biarkan dia membuat roti bersamamu. Ambil potongan dari bejanamu, jangan memindahkannya.” Sementara jumlah mereka seribu orang.

“Sungguh, kami bersumpah demi Allah bahwa mereka makan sampai meninggalkannya dan pergi, dan bejana kami tetap penuh sebagaimana adanya, begitu pula roti kami,” atau seperti yang disebutkan oleh Ad-Dahhak, roti itu dipanggang dengan keadaan semula.” Hadits ini disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Sedangkan redaksi teksnya dari Imam Muslim.

بارك الله لي ولكم بالكتاب والسنة وبما فيهما من الآي والحكمة، واستغفروا الله إنه كان غفارا.

Semoga Allah melimpahkan berkah kepada kita semua dengan al-Quran dan Sunnah, serta dengan ayat-ayat dan hikmah yang ada di dalam keduanya. Mohonlah ampun kepada Allah, karena sesungguhnya Dia yang maha pengampun.

Khutbah Kedua

Alhamdulillah. Segala puji milik Allah. Amma ba’du.

Di dalam dua kisah tersebut terdapat beberapa pelajaran dan faidah yang dapat dipetik, di antaranya: Di antara tanda-tanda kenabian yaitu adanya kejadian ajaib di luar kebiasaan. Beliau dapat melipatgandakan makanan yang sedikit. Di dalam kisah Abu Talhah, misalnya, makanan yang terbatas dapat mengenyangkan delapan puluh orang. Sedangkan dalam kisah Jabir, dapat mengenyangkan seribu orang.

Tanda lainnya adalah informasi yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikan bahwa makanan itu akan cukup, sebagaimana disebutkan di sebagian riwayat.

Tanda yang ketiga, sabda beliau kepada Anas -semoga Allah meridainya- di sebagian riwayat, “Apakah Abu Talhah telah mengutusmu?” Aku berkata, “Iya.” “Apakah untuk membawa makanan?” lanjut beliau. Aku menjawab, “Iya.”

Di antara pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa para sahabat memiliki perhatian besar terhadap Rasulullah.

Pelajaran lainnya, dianjurkannya mengirimkan hadiah, meskipun hadiah tersebut terbilang kecil jika dilihat dari perspektif yang diberi, karena hadiah sedikit yang diberikan lebih baik daripada tidak memberi apa-apa.

Di antara pelajarannya yaitu keluarnya pemilik hidangan ke hadapan para tamu untuk menyambut mereka.

Pelajaran berikutnya, bahwa ujian juga dialami oleh sebaik-baik manusia. Inilah Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yag diuji dengan kelaparan dan lainnya. Dalam redaksi hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan, “Pada hari pertempuran Khandaq, kami menggali parit. Tiba-tiba, muncul suatu keadaan yang sangat sulit. Mereka datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, "Ini adalah situasi yang sulit yang terjadi di parit.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Saya akan turun." Kemudian, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dengan perutnya yang terikat dengan batu, dan kami bertahan selama tiga hari tanpa mencicipi rasa makanan…)

Di antara pelajarannya, bolehnya menyampaikan kebutuhan di hadapan banyak orang.

Pelajaran lainnya, sifat rendah hati dan keterlibatan diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kerja-kerja bersama para sahabat beliau dalam kondisi sangat lapar.

Selain itu, beliau perhatian terhadap para sahabat -semoga Allah meridai mereka-.

Wahai para hamba Allah yang Maha Pengasih

Inilah petikan sekilas dari kerasnya kehidupan yang dialami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau yang mulia, dan keperihatinan demi keprihatinan. Maka wajib bagi kita, dengan terpenuhinya rejeki yang beraneka ragam, sarana untuk beristirahat dan perkembangannya, hendaklah hati kita merasakan betapa agungnya nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Kita semakin meningkatkan pujiaan kepada Allah dengan lisan kita, serta syukur kepada-Nya dengan melakukan apa yang diridai-Nya dan meninggalkan apa yang dibenci-Nya, di antaranya yaitu berlebihan dan menyia-nyiakan nikmat.

Kemudian bacalah shalawat dan salam...