قصة نبوية (1) معجزات وفوائد (خطبة) باللغة الإندونيسية

Kisah Nabi (1) Beberapa Mukjizat dan Pelajaran

الحمد لله الإله الأحد، الغني الصمد، وأشهد أن لا إله إلا الله، تنزه عن الصحابة والشريك والولد، وأشهد ان محمدا عبد الله ورسوله، وأرسله للناس رحمة، وجعله خاتم رسله، أيده بمعجزات كثيرة ونوَّعها، وهداه لأحسن الأخلاق وأروعها، صلى الله عليه وعلى آله وصحابته خير أمته أجمعها.

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Kaya dan Maha Mandiri. Aku bersaksi, tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Maha suci Allah dari kebutuhan terhadap teman, sekutu dan anak.

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah mengutus beliau sebagai rahmat bagi manusia dan menjadikan beliau sebagai pemungkas para utusan. Allah telah memperkuat beliau dengan beraneka ragam mukjizat. Allah jualah yang memberi beliau petunjuk menuju akhlak yang paripurna dan paling indah.

Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada beliau, keluarga dan para sahabat, umat beliau yang terbaik.

Amma ba’du.

Wahai hamba-hamba Allah yang Maha Pengasih…

Perbincangan kita hari ini bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang satu kisah dalam berbagai peristiwa dan pelajaran. Akan kami ungkap -insyaallah- dan sebutkan beberapa pelajaran sebagaimana yang telah disampaikan oleh para ulama:

Imam Muslim meriwayatkan satu hadist dalam kitab Shahihnya dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu. Dia berkata, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di hadapan kami. Di dalam khutbah tersebut, beliau bersabda, “Sungguh, kalian berjalan sepanjang sore dan malam hari, dan akan kalian dapatkan air, jika Allah menghendaki, pada esok hari.”

Maka orang-orang berangkat, tanpa ada yang saling menunggu satu sama lain. Abu Qatadah berkata, “Ketika Rasulullah ﷺ berjalan, aku berjalan di samping beliau, sehingga malam semakin gelap. Beliau kemudian mengantuk, sampai beliau hampir terjatuh. Lantas aku menopang badan beliau tanpa membangunkan beliau, sampai beliau tegak kembali di atas kendaraan beliau.

Abu Qatadah berkata, “Beliau kemudian melanjutkan perjalanan, sampai malam hampir berakhir. Beliau kemudian terhuyung hampir terjatuh. Lantas aku menopang badan beliau tanpa membangunkan beliau, hingga beliau tegak kembali di atas kendaraan beliau.”

Abu Qatadah berkata, “Beliau kemudian berjalan sampai akhir waktu sahur. Beliau hampir terjatuh lebih berat daripada dua waktu sebelumnya, hampir saja beliau terpeleset. Lantas aku datang dan menopang beliau.

Kemudian beliau mengangkat kepala dan bertanya, “Siapa ini?” Aku menjawab, “Abu Qatadah.”

Beliau bertanya, “Sejak kapan kamu berjalan bersamaku?” Aku menjawab, “Aku telah berjalan bersama engkau sejak ,”malam tadi.”

Beliau berkata, “Semoga Allah menjagamu, sebab engkau telah menjaga nabi-Nya.”

“Apakah kamu tahu, kita telah tersembunyi dari orang-orang?” tanya beliau kemudian.

“Apakah kamu melihat seseorang?” lanjut beliau.

Aku menjawab, “Ini adalah seorang penunggang kuda.”

“Dan ini seorang penunggang kuda lainnya,” lanjutku. Kami semua akhirnya berkumpul. Jumlah kami sebanyak tujuh orang penunggang kuda.

Lantas beliau mengalihkan jalan kendaraannya, meletakkan kepala da”n bersabda, “Jagalah shalat kami.” Rasulullah ﷺ adalah orang yang pertama kali bangun, sementara matahari tengah berada di atas beliau.

Beliau berkata, “Kita bangun dalam kondisi ketakutan.”

“Naiklah ke atas kuda,” lanjut beliau.

Maka kami menaikinya dan berjalan. Hingga ketika matahari meninggi, beliau turun dari kuda.

Kemudian beliau meminta wadah berisi air yang sedang kupegang. Beliau berkata, “Kita akan berwudhu dengan air ini, dengan wudhu yang tidak sempurna.” Qatadah berkata, “Ada sedikit air yang tersisa di dalamnya.”

Kemudian beliau berkata kepada Abu Qatadah, “Jagalah wadahmu ini, karena nanti akan ada berita besar tentangnya.”

Kemudian Bilal mengumandangkan azan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas melaksanakan shalat dua rakaat. Kemudian beliau melaksanakan shalat Subuh seperti biasa.

Qatadah berkata, “Beliau naik kendaraan dan kami ikut bersama beliau. Beberapa orang dari kami saling berbisik, “Apa penebusan dosa atas pengabaian shalat yang telah kita lakukan?”

Kemudian beliau bersabda, “Tidakkah kalian memiliki teladan dalam diriku?”

“Tidak ada unsur penyelewengan yang sengaja dalam tidur. Penyelewengan adalah bagi orang yang tidak melaksanakan shalat hingga datang waktu shalat berikutnya. Maka barangsiapa yang mengalami hal semacam itu, shalatlah ketika ia terbangun. Jika esok tiba, shalatlah tepat pada waktunya,” lanjut beliau.

Abu Qatadah berkata, “Kemudian beliau bersabda, “Menurut kalian, apa yang terjadi dengan orang-orang?” Mereka menjawab, “Orang-orang telah kehilangan nabi mereka.”

Abu Bakar dan Umar berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih berada di antara kalian. Belum ada yang menggantikan beliau.” Orang-orang berkata, “Sungguh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di antara kalian. Jika mereka menaati Abu Bakar dan Umar, mereka akan mendapatkan arah.”

Abu Qatadah berkata, “Kemudian kami sampai kepada orang-orang pada siang hari yang panjang dan segala sesuatu telah menjadi panas. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Binasalah kami! Kami haus!” Beliau bersabda, “Kalian tidak akan binasa.” Kemudian beliau bersabda, “Ambilkanlah wadah kecilku.” Qatadah berkata, “Beliau meminta wadah yang berisi air untuk berwudhu.

Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuangkan air, sementara Abu Qatadah memberi minum mereka. Ketika orang-orang tidak lagi melihat air di dalam wadah, mereka bersorak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berbuat baiklah kalian kepada orang-orang. Setiap orang dari kalian akan mendapatkan jatah minum.” Mereka pun mengikuti arahan beliau. Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuangkan air minum, dan aku pun memberi mereka minum, hingga hanya aku dan beliau saja yang tersisa, belum minum.

Abu Qatadah berkata, “Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuangkan dan minum. Lantas beliau bersabda kepadaku, “Minumlah.” Aku berkata, “Aku tidak akan minum, hingga engkau minum, duhai Rasulullah.”

Beliau bersabda, “Sungguh, pemberi minum kaum adalah orang yang mendapatkan jatah minum terakhir.”

Abu Qatadah berkata, “Lantas aku minum, begitu pun Rasulullah.”

Abu Qatadah berkata, “Kemudian orang-orang bersantai, badan mereka tidak lagi merasakan dahaga oleh air. Abdullah bin Rabah berkata, “Aku mengisahkan hadits ini di Masjid Al-Jami'. Ketika itu, Imran bin Husain berkata, “Lihatlah, hai pemuda, bagaimana cara kamu bercerita?”

Aku menjawab, “Aku adalah salah satu anggota kelompok penunggang pada malam itu.” Abu Qatadah berkata, “Engkaulah yang lebih tahu tentang hadits itu.” Dia bertanya, “Dari mana kamu?” Aku menjawab, “Dari kalangan Anshar (penduduk Madinah).”

Dia berkata, “Ceritakanlah hadis kalian, karena kalian lebih mengetahui tentang hadis kalian.” Dia berkata, “Aku kemudian menceritakan kepada orang-orang.” Imran berkata, “Aku telah menjadi saksi mata pada malam itu, dan aku tidak merasa ada seorang pun yang menghafal hadits tersebut seperti yang aku hafal.”

Semoga Allah memberikan manfaat kepadaku dan kepada Anda dengan Al-Quran dan Sunnah, serta dengan petunjuk dan hikmah yang ada di dalamnya. Mohon ampunlah kepada Allah, karena sesungguhnya Dialah yang maha pengampun.

Khutbah Kedua

الحمد لله القائل عن رسوله (وإن تطيعوه تهتدوا)...

صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى أزواجه وذريته وآله وصحبه. أما بعد:

Segala puji bagi Allah yang berfirman tentang Rasulnya, “Jika kalian mengikutinya, kalian akan mendapatkan petunjuk.”

Semoga Allah limpahkan rahmat, keselamatan dan keberkahan kepada Rasulullah, istri-istri, keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du:

Di dalam kisah tersebut banyak sekali pelajaran yang dapat diambil, di antaranya:

• Dianjurkan bagi pemimpin pasukan, jika melihat ada sesuatu yang penting dan maslahat bagi pasukan, hendaklah ia kumpulkan mereka untuk diberi info penting tersebut, agar mereka semua mengetahuinya, sehingga mereka bisa menyiapkan diri.

• Dianjurkan mengucapkan insyaallah (jika Allah berkehendak) dalam menjanjikan sesuatu yang akan datang. Inilah yang sesuai dengan perintah al-Quran.

• Semangat para sahabat untuk menjaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau terhindar dari mara bahaya.

• Dianjurkan mendoakan orang yang telah berbuat baik.

• Disyariatkannya melakukan usaha agar bisa bangun dari tidur untuk shalat.

• Disunnahkannya azan ketika hendak melaksanakan shalat qadha, serta dianjurkannya meng-qadha shalat sunnah rawatib.

• Teknis pelaksanaan shalat qadha sama dengan saat melaksanakannya tepat pada waktunya.

• Orang yang tidur yang tidak sengaja menyia-nyiakan shalat, mendapatkan uzur.

Di antara pelajaran yang dapat dipetik, yaitu:

• Kebenaran mukjizat Nabi yang banyak, di antaranya yaitu Rasulullah telah memberitahu Abu Qatadah, akan ada berita besar terkait wadah air wudhunya. Mukjizat kedua, beliau dapat memperbanyak air yang sedikit. Mukjizat ketiga, sabda beliau, “Sungguh, kalian akan mendapatkan jatah minum sampai tidak lagi merasakan dahaga.” Dan ucapan beliau itu benar-benar terjadi. Keempat, Abu Bakar dan Umar berkata begini, dan orang-orangberkata begini.” Kelima, sabda beliau, “Sunggu kalian berjalan pada sore dan malam kalian, dan kalian akan mendapatkan air, dengan kehendak Allah, pada esok hari.” Dan, itulah yang terjadi.

• Penghormatan terhadap dua sahabat, yaitu Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.

• Kami pungkasi khutbah ini dengan pelajaran: pemberi minum suatu kaum dengan air, susu susu atau yang lainnya adalah yang mendapatkan jatah minum terakhir.

Telah bersinar cahaya fajar pada sore yang petang.

Dengan al-Musthafa pemberi petunjuk arah menuju sebaik Kalam.

Ialah kehidupan, bacaan dan pedoman dari Sang Pencipta.

Yang telah menghancurkan orang-orang bodoh dengan Islam.

Duhai sang ikon petunjuk, semoga salam sejahtera bagimu Allah limpahkan.

Tiada sekejap waktu pun yang terlewat dari perjalanan masa yang panjang.

Kemudian, sampaikanlah shalawat serta salam kepada beliau.